Sikap, Komuikasi dan Perilaku Konsumen

Sikap, Komuikasi dan Perilaku Konsumen

Kelompok               : 3

Anggota

:Isnan S. (1421560)

: Fahmi Arif M.  (12313074)

: Mulya R. (16213206)

: Risqih M. (17213821)

: Riza Arisandy (17213865)

: Suryana (18213709)

:Budhi H.(11213798)

Kelas                       : 3EA19

Fakultas Ekonomi –Manajemen

Universitas Gunadarma

Mata Kuliah : Perilaku Konsumen

Dosen :Ambo Sakka H.

PENDAHULUAN
Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan bantuan berbagai macam ilmu pengetahuan. Ilmu fisiologi, mempelajari tingkah laku manusia, dengan menitik beratkan sifat-sifat yang khas dari organ-organ dan sel-sel yang ada dalam tubuh. Sedangkan sosiologi, mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku dan perbuatan manusia dengan menitik beratkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, dan melihat individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat ( keluarga, kelompok sosial, kerabat, clan, suku, ras, bangsa). Di antara dua kelompok ilmu pengetahuan ini berdiri psikologi, yang membidangi individu dengan segala bentuk aktivitasnya, perbuatan, perilaku dan kerja selama hidupnya (Kartini, K., 1980). Selanjutnya Kartini menyatakan, bahwa fisiologi memberikan penjelasan mengenai macam-macam tingkah laku lahiriah, yang sifatnya jasmani. Sedangkan manusia merupakan satu totalitas jasmani-rohani. Psikologi mempelajari bentuk tingkah laku (perbuatan, aktivitas) individu dalam relasinya dengan lingkungannya. Dari pemahaman diatas, terlihat bahwa betapa mempelajari sikap dan perilaku manusia sangat penting, agar tercipta hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya.
DEFINISI SIKAP

Pada permulaan abad ke 20, sikap merupakan konsep yang menjadi perhatian utama dalam psikologi sosial, sehingga ada yang menganggap bahwa psikologi sosial adalah bidang studi psikologi yang mempelajari sikap (Thomas dan Zaniecki, 1918, Watson, 1930,dalam Voughn dan Hoog, 2002). Sikap berasal dari kata latin “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi/tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan. Secara harfiah, sikap dipandang dalam kesiapan raga yang dapat diamati.

Menurut allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, Pengertian Sikap adalah merupakan reaksi atau proses seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993).
MODEL STRUKTURAL SIKAP

Yang sangat penting dalam memahami peran sikap dalam perilaku konsumen adalah pengertian mengenai struktur dan komposisi sikap. Terdapat empat kategori besar model sikap, yaitu:

Model Sikap Tiga Komponen

Sikap ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

Komponen kognitif

Komponen afektif

c.Komponen perilaku

Model Sikap Multi Atribut

Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :

a.Komponen sikap

b.Komponen norma subyektif

Secara singkat terdapat tiga model dalam model sikap sikap multi atribut Fishbein, yaitu:

  1. Model sikap terhadap obyek,

Model sikap terhadap perilaku,

Teori model tindakan yang beralasan,

Teori Usaha Mengkonsumsi

Suatu teori sikap yang dirancang untuk menjelaskan berbagai kasus di mana tindakan atau outcome tidak pasti, tetapi sebaliknya merefleksikan usaha konsumen untuk mengkonsumsi merupakan (atau membeli). Dimaksudkan untuk menerangkan berbagai kejadian dari tindakan atau hasil tindakan yang tidak pasti tetapi sebaliknya kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen untuk mengkonsumsi atau membeli.

  1. Model Sikap terhadap Iklan

Dalam usaha memahami dampak iklan atau sarana promosi lainnya seperti katalog pada sikap konsumen pada berbagai produk atau merek tertentu. Konsumen membentuk berbagai perasaan (pengaruh) dan pertimbangan kognisi sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaan dan pertimbangan ini akhirnya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap merek yang diperoleh dari iklan.
STRATEGI PERUBAHAN SIKAP KONSUMEN

Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk berperilaku dengan cara yang tetap menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu (misalnya suatu kategori produk, jasa, iklan, situs Web, atau toko ritel). Setiap unsur dalam definisi ini sangat penting untuk memahami mengapa dan bagaimana sikap terkait

dalam perilaku konsumen dan pemasaran.

“Obyek” Sikap

Kata “obyek” mengenai sikap yang berorientasi pada konsumen harus ditafsirkan secara luas meliputi konsep yang berhubungan dengan konsumsi dan pemasaran khusus, seperti produk, golongan produk, jasa, kepemilikan, penggunaan produk, iklan, situs internet, harga, medium, atau pedagang ritel.

Sikap Adalah Kecenderungan Yang Dipelajari

Sikap mempunyai kualitas memotivasi, yaitu dapat mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu.
Sikap Mempunyai Konsistensi

Karakteristik lain dari sikap adalah bahwa sikap relative konsisten dengan perilaku yang dicerminkannya. Tetapi, walaupun mempunyai konsistensi, sikap tidak selalu harus permanen artinya sikap dapat berubah Sikap Terjadi Dalam Situasi Tertentu

Situasi adalah berbagai peristiwa atau keadaan yang, pada tahap dan waktu tertentu, mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku. Situasi tertentu dapat menyebabkan para konsumen berperilaku dengan cara yang kelihatannya tidak konsisten dengan sikap mereka.
KOMPONEN KOMUNIKASI

Terdapat lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima,medium, pesan, dan beberapa bentuk umpan balik (tanggapan penerima pesan).

Pengirim/Sumber

Pengirim sebagai pemrakarsa komunikasi, dapat merupakan sumber formal maupun informal. Sumber komunikasi formal mungkin berupaorganisasi untuk memperoleh laba (komersial) maupun nirlaba. Sumber informal mungkin orang tua, atau teman yang memberikan informasi ataunasihat mengenai produk.
Penerima

Penerima komunikasi pemasaran formal cenderung menjadi calon atau pelanggan yang dibidik (yaitu anggota audien yang dibidik oleh pemasar).Audien perantara dan yang tidak diharapkan juga mungkin menerimakomunikasi para pemasar. Contoh, audien perantara adalah grosir, distributor,dan pedagang ritel, yang menerima iklan perdagangan pemasar yangdimaksudkan untuk membujuk mereka agar mau memesan dan mengadakan persediaan berang dagangan. Audien yang tidak diharapkan yaitu setiap orangyang terbuka terhadap pesan yang tidak ditargetkan khusus oleh pengirim.
Medium

Medium atau saluran komunikasi mungkin impersonal (misalnya,media massa) atau interpersonal (pembicaraan resmi antara tenaga penjual dan pelanggan atau pembicaraan informal antara dua orang atau lebih yang terjadisecara langsung baik melalui telepon, surat maupun online).
Pesan

Pesan dapat bersifat verbal (lisan atau tertulis), nonverbal (foto,ilustrasi, atau symbol), atau kombinasi keduanya. Pesan verbal biasanya dapat mencakup informasi produk atau jasa yang lebih spesifik daripada pesannonverbal. Pesan verbal yang digabungkan dengan pesan nonverbal seringmemberikan lebih banyak informasi kepada penerima daripada salah satudiantara keduanya.
Umpan Balik

Umpan balik merupakan komponen yang sangat diperlukan dalamkomunikasi interpersonal dan impersonal. Umpan balik yang cepat waktunyamemungkinkan pengirim untuk memperkuat, mengubah, atau memodifikasi pesan untuk menjamin agar dapat dimengerti sesuai dengan yangdimaksudkan.
PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  sebagai berikut :

Semua fungsi manajer melibatkan  proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Diagram Proses Komunikasi

Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.

Materi pesan dapat berupa :

Informasi

Ajakan

Rencana kerja

Pertanyaan dan sebagainya

Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat       dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

Media/penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
Mengartikan kode/isyarat

Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan  simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.
Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim.
Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.
DESAIN KOMUNIKASI PERSUASIF

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk merubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen:
Kognitif – perilaku dimana individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang diperkenalkan.

Afektif – perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.

Konatif – perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.

Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif – keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung.
Contoh:

Budi tahu/ percaya (kognitif) bahwa mobil Mercy itu mobil yang bagus. Budi juga senang (afektif) melihat bentuk mobil tersebut saat melenggang di jalan. Tetapi Budi tidak akan membeli mobil mercy (konatif), karena ia tidak punya uang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi persuasif agar berhasil

Banyak faktor menentukan keberhasilan/ ketidak berhasilan suatu pesan yang bertujuan persuasif.

Empat faktor utama adalah

Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contohnya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.

Pesan itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)

Pengaruh lingkungan

Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang-ulang)

Namun faktor-faktor ini tidak berjalan secara bertahap, pada banyak kasus faktor-faktor ini saling tumpang tindih.
Komunikasi persuasif tidak sama dengan propaganda Menurut Prof. Richard L. Johannesen, Profesor Komunikasi dari Northen Illinois University ntuk membatasi agar komunikasi persuasif tidak menjadi propaganda maka ada seperangkat etika yang harus dipatuhi.

Komunikasi persuasif adalah upaya seseorang dalam mengkomunikasikan pesan kepada orang lain yang sikapnya ingin diubah atau dibentuk. Komunikasi persuasif biasanya banyak digunakan pada pekerjaan yang berhubungan dengan mempengaruhi orang lain seperti sales bahkan psikolog sendiri. Tidak mudah mengubah sikap orang lain, oleh karena itu setidaknya ada tiga hal yang perlu dipahami dalam komunikasi persuasif:

Yang pertamaadalah komunikator. Komunikator adalah seseorang yang berinisiatif melakukan komunikasi dengan orang lain . Komunikator yang baik biasanya memiliki tiga ciri-ciri yaitu menarik, dapat dipercaya dan memiliki keahlian berkomunikasi yang baik. Oleh karena itu tidak jarang jika jabatan SPG maupun Sales mensyaratkan penampilan serta kecakapan berkomunikasi.

Yang keduaadalah komunikasi, komunikasi merupakan bagaimana cara penyampaian pesan yang efektif sehingga mampu untuk mengubah sikap seseorang. Komunikasi akan sangat efektif jika disertai dengan emosi, alasan yang logis serta kejelasan dalam penyampaian pesan.

Yang ketiga adalah kemampuan penerima pesan. Penyampaian pesan harus mempertimbangkan kepribadian, tingkat pendidikan, dan pengalaman dengan objek sikap penerima pesan. Jadi menyampaikan pesan kepada seorang direktur tentu saja berbeda dengan kuli bangunan.
KOMUNIKASI PEMASARAN DAN ETIKA – ETIKA DALAM TARGETING

Targeting adalah usaha memasarkan produk khusus dan melakukan komunikasi pemasaran yang diarahkan pada segmen tertentu. Dalam targeting terkadang sering muncul dilema etika dalam usaha untuk mengkomunikasikan produk kepada segmen. Misalnya pada anak-anak dan kaum minoritas.

Targeting kepada anak-anak, program iklan dan pemasaran cenderung terus mendorong anak-anak menginginkan berbagai produk dan merek. Para kritikus kerap merasa bahwa banyak produk yang ditargetkan untuk anak-anak adalah produk yang tidak penting.

ETIKA DALAM KPT

Etika dalam periklananDalam periklanan terdapat nilai-nilai yang sebaiknya dipatuhi. Nilai-nilai tersebut:

  1.  Kejujuran ,Iklan sebaiknya menunjukkan kejujuran dan fakta-fakta yang signifikan. Tidak dicantumkannya fakta-fakta dan hal-hal yang tidak jujur tadi dapat menyesatkan public.
  2.  Substantiation ,Advertising claims shall be substantiated by evidence in possession of the advertiser and the advertising agency prior to makin such claims.
  3. Perbandinga,Iklan sebaiknya menjaga agar tidak terjadi kesalahan, menyesatkan, atau mengeluarkan pernyataan yang bersifat menyerang competitor, produknya, atau pun pelayanannya.

4   Iklan yang bersifat ofensif,Iklan sebaiknya tidak menawarkan produk atau jasa untuk dijual kecuali untuk menawarkan Advertising shall not offer product or services for sale unless such offer constitutes a bona fide effort to sell the advertiser product or service and is not a device to switch consumer to other good or services, usually higher priced.

  1.   Garansi dan jaminan Iklan dalam menginformasikan garansi dan jaminan sebaiknya eksplisit dengan informasi yang cukup untuk memberi tahu konsumen tentang aturan aturan dan pembatasan

Etika dalam PR

Publisitas sebagai salah satu aspek dari PR yang berhubungan erat dengan komunikasi pemasaran sebaiknya melibatkan penyampaian informasi positif mengenai sebuah perusahaan dan produk-produknya serta memperbaiki publisitas negatif. (Shimp, 2000: 102)

Etika dalam personal selling dan marketing

Dalam personal selling dan marketing sebaiknya menghindari untuk membuat klaim-klaim yang tidak mempunyai dasar, serta janji-janji yang tidak dapat dibuktikan. Hal ini terjadi karena personal selling berlangsung dengan cara yang lebih personal. (Shimp, 2000: 103)

  • Etika dalam kemasan

Informasi label dalam kemasan sebaiknya memberikan informasi nyang tidak berlebihan.

Grafik pengemasan sebaiknya menampilkan gambar dalam kemasan yang merepresentasikan isi produk yang sebenarnya.
Keamanan pengemasan. Produk-produk harus dikemas secara aman dan tidak mudah rusak.

Implikasi pengemasan terhadap lingkungan. Bahan-bahan pengemasan dan proses pengemasan sebaiknya ramah lingkungan. (Shimp, 2000: 103-104)
Etika dalam promosi penjualan

Promotor penjualan sebaiknya tidak menawarkan sebuah penghargaan kepada konsumen yang tidak direalisasikan, misalnya tidak mengirimkan bonus yang dijanjikan. Konsumen sebaiknya tidak melakukan pengembalian atas nama palsu. (Shimp, 2000:106)
KESIMPULAN

Sikap yang berkaitan dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk , informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain , atau terpapar oleh iklan di media massa , internet , dan berbagai bentuk pemasaran langsung. Walaupun sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi tidak sama dengan perilaku. Sebaliknya , mereka mencerminkan penilaian yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap obyek sikap. Sebagai kecenderungan yang dipelajari , sikap mempunyai kualitas memotivasi yaitu mereka dapat mendorong konsumen kearah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu. Sikap memiliki konsistensi dengan prilaku. Prilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Inilah konsistensi antara sikap dan prilaku. Namun, factor situasi sering menyebabkan inkonsistensi antara sikap dan prilaku. Seseorang mneyukai sedan Jaguar, namun ia tidak memiliki sedan tersebut. Factor daya beli mungkin menyebabkan tidak konsistennya antara sikap dan prilaku.

DAFTAR PUSTAKA

http://putra-nter.blogspot.co.id/2013/12/pembentukan-perubahan-sikap-konsumen_20.html

http://bellafridiniautami.blogspot.co.id/2015/01/komunikasi-dan-perilaku-konsumen.html

http://dokumen.tips/download/link/makalah-perilaku-konsumen-mempengaruhi-sikap-dan-perilaku-doc

http://rahmat-amien.blogspot.co.id/2012/06/perilaku-konsumen-dalam-komunikasi.html

Pengaruh Budaya dan Sub Budaya pada Perilaku Konsumen

Pengaruh Budaya dan Sub Budaya pada Perilaku Konsumen

KELOMPOK 3

Kelas : 3EA19

Anggota Kelompok :

  1.      Isnan Salafi (14213560)
  2. Budhi Hendratama (11213798)
  3. Fahmi Arif Muhammad (13213074)
  4.      Risqih Maulana (17213821)
  5. Mulya Rachim (16213206)
  6. Riza Arisandy (17213865)
  7. Suryana (18213709)

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau analisis, lahirnya masyarakat konsumsi pertama kali muncul di Inggris pada abad ke XVII ketika ada bebarapa kejadian penting yang berlangsung. pengaruh budaya dapat mempengaruhi berbagai makna budaya dalam masyarakat dalam suatu proses yang berkesinambungan dan timbal balik yang hamper mirip dengan analisis roda konsumen. Budaya konsumsi yang muncul juga dipengaruhi oleh strategi pemasaran, konsumsi massal meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang yang memiliki pendapatan. Gambaran singakat kejadian yang kompleks di awal terbentuknya masyarakat konsumsi modern menunjukan pentingnya budaya dalam uapaya memahami perilaku konsumen.

Konsumen adalah makhluk social, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain, berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai lingkungan social konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satunya unsur lingkungan social adalah budaya.

PEMBAHASAN

Pengertian Budaya

salah satu unsur lingkungan sosial adalah budaya ( culture ). Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, indang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.  Menurut Peter dan Olson (1999) ,arti/makna budaya adalah jika sebagian besar dari orang yang berada di dalam sebuah kelompok sosial memiliki pemahaman mendasar yang sama terhadap makna tersebut.

Engel,Blackwell dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat dipengaruhi oleh budaya , yaitu :

Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space).

Komunikasi dan bahasa.

Pakaian dan penampilan.

Makanan dan kebiasaan makan.

Waktu dan kesadaran akan waktu.

Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.

Nilai dan norma.

Kepercayaan dan sikap.

Proses mental dan belajar.

Kebiasaan kerja.

Pembelajaran Berbasis Budaya

Pembelajaran berbasis budaya  merupakan  strategi penciptaan lingkungan belajar dan  perencangan pengalaman belajar  mengintregasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai  bagian yang  fundamental  (mendasar dan penting) bagi pendidikan, ekspresi  dan komunikasi suatu gagasin, dan perkembangan  pengetahuan.

Pembelajaran berbasis budaya  sebagai  strategi  pembelajaran  mendorong terjadinya proses imaginative, metaforik, berpikir kreatif, dan juga sadar budaya.

Pembelajaran berbasis budaya  dapat  dibedakan menjadi tiga  macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar  dengan budaya, dan belajar melalui budaya.

Dinamika Kebudayaan

Yang dinamakan kebudayaan sesungguhnya adalah dinamika manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan.Dinamika ini terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya.

Dinamika kebudayaan juga sering disebut dengan perubahan kebudayaan.Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan,betapapun kecilnya perubahan itu dapat berupa perubahan nilai-nilai sosial,norma-norma,sosial,pola-pola perilaku,organisasi dan interaksi sosial.

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda keadaan yang tidak serasi.

1.Faktor-faktor penyebab dinamika kebudayaan

A.Faktor Ekstern

1.Adanya bencana alam,terjadinya gempa bumi,taupan,banjir bandang dan yang lainnya.

2.Terjadinya peperangan

3.Adanya kontak dengan masyarakat laun

a.Akulturasi

b.Difusi

Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain

c.Penetrasi

d.Invasi

e.Asimilasi

f.Hibridasi

B.Faktor intern

1.Adanya penemuan-penemuan baru yang diterima oleh masyarakat

2.Bertambah atau berkurangnya penduduk

3.Terjadinya konflik atau pertentangan dalam masyarakat

4.Terjkadinya revolusi dalam tubuh masyarakat itu sendiri.

Pengukuran Budaya

Pemasar dapat menggunakan berbagai prosedur untuk mengukur kandungan budaya yaitu melalui analisis kandungan budaya, penelitian etnografis dan pengukuran nilai. Pendekatan yang umum dipakai adalah dengan penelitian konsumen melalui wawancara, survei, telepon bahkan fokus group). Analisis kandungan budaya dapat dilakukan dengan mengamati obyek material yang ada dalam kelompok sosial, misalnya komik yang beredar di kalangan anak-anak sering berisi tentang nilai-nilai persahabatan, nilai agama, bahkan ini dapat diamati selama periode waktu tertentu, seperti perubahan peran wanita yang bekerja dalam puluhan tahun terakhir sehingga iklan dapat disentuhkan dengan keberadaan mereka. Pengukuran nilai cenderung dilakukan secara langsung untuk melihat nilai dominan, dengan alat penilaian tertentu seperti rangking nilai yang dominan dan menggunakan metode statistik tertentu.

Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :

Tekanan pada kualitas

Peranan wanita yang berubah

Perubahan kehidupan keluarga

Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan

Waktu senggang yang meningkat

Pembelian secara impulsif

2.4 Sub-Budaya Dan Interaksinya

Subbudaya adalah kelompok budaya berbeda yang ada sebagai sebuah segmen yang dapat

dikenali dalam suatiu mas

Sub-Budaya Agama

karena bervariasi dan pluraris serta sifatnya yang pribadi membuat kelompok agama mempunyai pengaruh penting bagi konsumsi suatu masyarakat, kelompok keagamaan akan memperlihatkan preferensi dan tabu yang spesifik. Pemasar hendaknya dapat memperhatikan secara seksama preferensi dan tabu yang spesifik atas barang yang dihasilkan karena akan mempengaruhi perilaku pembeli dari sub- budaya kelompok kagamaan yang dimaksud.

Bagi pemasar di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam mengharuskan mereka untuk mendapatkan sertifikasi halal untuk setiap produk yang berhubungan dengan makanan. Konsumen yang beragama Islam lebih cenderung memperhatikan kehalalan suatu produk, sebelum dia membeli produk tersebut, seperti perusahaan yang memproduksi Ajinomoto yang beberapa waktu lalu mempromosikan produknya secara gencar mengenai kehalalan produknya Di Bali yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu, mengharuskan seorang pemasar untuk tidak memasarkan produk makanan yang mengandung daging sapi. Bagi pemeluk agama Budha dan agama Kristen Advent yang tidak mengkonsumsi daging merupakan pasar tersendiri bagi seorang pemasar, misalnya dengan membuka rumah makan/ restoran vegetarian.

Sub-Budaya Geografis dan Regional

Daerah geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya sendiri. Daerah barat daya merika Serikat dikenal karena gaya hidup kasual yang meninjolkan busana yang nyaman, hiburan luar rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih inovatif ke arah produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan sifat konservatif dan malu-malu yang mencirikan beberapa daerah negara tersebut. Di Indonesia masyarakat perkotaan/ kota besar pada umumnya menyukai jenis hiburan yang berhubungan dengan alam, lain halnya dengan masyarakat yang tinggal di daerah kabupaten atau kota kecil yang lebih memilih berlibur ke kota. Selain gaya hidup iklim juga menghasilkan suatu inti dari nilai-nilai di dalam suatu daerah geografis. Contohnya, Indonesia ada daerah-daerah tertentu yang iklimnya agak dingin, seperti daerah Jawa barat (lembang), perusahaan juga harus menyesuaikan produk apa yang sesuai untuk di pasarkan di daerah tersebut, misalnya baju/ pakaian hangat(sweater).

Di Indonesia misalnya untuk produk mobil, pada daerah indonesia bagian barat khususnya daerah Sumatera yang masyarakatnya yang sebagian besar berusaha di bidang perkebunan lebih memilih/mengutamakan menggunakan kendaraan jenis “jeep”. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung saat ini masyarakat lebih memilih menggunakan mobil dengan ukuran kecil, pemasaran dalam hal ini Suzuki memasarkan mobil dengan nama Karimun dan Daihatsu dengan merek Ceria. Untuk wilayah Indonesia bagian timur khususnya daerah Papua yang masyarakatnya secara ekonomi masih kurang dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, maka jenis kendaraan roda dua akan lebih diminati.

Pasar anak dan remaja

Pasar anak dan remaja menjadi sangat penting bukan hanya karena mereka memilki pengaruh besar dalam pembelian rumah tangga,tapi juga daya beli mereka yang terpisah. Usia pasar anak dan remaja antara 7 sampai 19 tahun, selain alasan diatas mereka dianggap penting karena mereka juga sering ikut melakukan kegiatan pembelian bahkan ikut membuat/ menentukan daftar barang belanjaan. Di Indonesia hampir semua iklan melibatkan anak-anak dan remaja dalam komunitas suatu keluarga. Misalnya iklan”kecap bango”, iklan “Pasta Gigi Pepsodent”, iklan “Sabun Cuci Rinso” dan lain-lain.

Pasar Baby Boomer

Yang dimaksud dengan Baby Boomer adalah mereka yang berumur antara 30-an sampai 40-an, dimana mereka memasuki tahun-tahun puncak penghasilan dan pengeluarannya. Kelompok ini menekankan arti pentingnya kesehatan dan olahraga serta pendidikan. Baby boomer memiliki dampak yang kuat pada pasar perumahan, mobil, panganan, pakaian, kosmetik dan jasa keuangan.

Para boomer yang berstatus orang tua baru adalah pasar yang paling menarik bagi para pemasar. Pasar untuk produk anak-anak juga ikut berkembang sejalan dengan perkembangan diatas.

Misalnya, penjualan mainan diharapkan meningkat dua kali lebih cepat dari populasi anak-anak yang menjadi sasaran mereka. Pasar lain, seperti jasa perawatan anak dan peranti lunak komputer untuk anak kecil, dapat meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun kedepan.

Pasar Dewasa

Yang termasuk dalam usia pasar dewasa adalah yang berumur 55-64 disebut lebih dewasa, 65-74 disebut tua, 75-84 disebut tua sekali, dan renta diatas 85 tahun. Biasanya, pemasar mengabaikan pasar dewasa, mungkin karena diasumsikan memiliki daya beli yang rendah. Namun demikian, di samping jumlahnya yang besar, karakteristik ekonomis pasar ini layak mendapat perhatian penuh. Walaupun sebagian anggota kelompok ini tidak lagi bekerja, mereka sering sekali memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam jumlah yang cukup besar.

Golongan tua merupakan pasar yang cukup besar untuk produk perawatan kulit, vitamin dan mineral, alat bantu kesehatan dan kecantikan, dan obat-obatan yang mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kinerja sehari-hari.

Sub-Budaya Usia

Kelompok usia dapat juga dianalisis sebagai sebuah sub-budaya karena sering memiliki

nilai dan perilaku yang berbeda, namun pemasaran harus berhati-hati dalam mensegmen

konsumen jika didasarkan pada usia mereka yang sebenarnya, karena sebagian konsumen

dewasa merasa mereka masih muda, sebaliknya ada pula konsumen remaja yang menganggap

dirinya sudah dewasa, hal semacam diatas dapat ditemukan misalnya dalam pernyataan” saya

merasa masih muda”, “ saya tidak menyadari bahwa saya sudah tua” atau “ saya merasa sudah

cukup dewasa”, pernyataan seperti di atas membuat seorang pemasar harus menganalisis ”

usia subjektif” atau “ usia kognitif” (usia yang dianggap sebagai usia yang dapat bagi diri pribadi

seseorang), namun tetap mengtamakan usia kronologi atau usia nyata.

Sub-Budaya Jenis Kelamin

Untuk beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin mungkin cukup signifikan

untuk memandang kedua jenis kelamin sebagai suatu sub-budaya yang berbeda. Kepemilikan

produk dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk mendominasi dan mengungkapkan

kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya dari orang lain dan mungkin bentuk terselubung

dari agresi terhadap orang lain. Wanita, sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang

dapat memperkuat hubungan personal dan sosial. Sebagian pemasar melihat bahwa sangat

bermanfaat untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda untuk sub-budaya pria dan

wanita. Misal: Samsung yang mengeluarkan produk handphone yang diberi nama Samsung

Queen A-400 yang dkhususkan untuk wanita dan Samsung Blue Cool yang dikhususkan untuk

pria, Mie instans yang bermerek Cinta Mie yang mengandung Vitamin E untuk kulit

(kecantikan) diprioritaskan untuk para wanita.

KESIMPULAN DAN SARAN

Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.

Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan (divestment ritual).

Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk, desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga. Etnis dapat diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis atau faktor lainnya namun tidak mutlak

DAFTAR PUSTAKA

Schiffman, Leon. Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Indonesia: Mancanan Jaya Cemerlang.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indinesia

Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada Media Group

http://rukmanapsikologi.blogspot.co.id/2014/01/pengaruh-budaya-dan-subbudaya-terhadap.html

Gundala. 2010. Variasi Lintas Budaya dalam Perilaku Konsumen. [online]. (http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/21/variasi-lintas-budaya-dalam-perilaku-konsumen-123097.html